Farmasi Kelautan 2024

Mata kuliah ini merupakan mata kuliah pilihan multidisiplin dengan Program Studi Sarjana Farmasi sebagai host, dan dapat diikuti oleh mahasiswa UGM dari Prodi lainnya sebagai mata kuliah pilihan. Mata kuliah ini membuka wawasan mahasiswa terkait potensi pengembangan bahan obat kelautan, khususnya di Indonesia yang meliputi biota laut yang meliputi sumber bahan alam untuk obat, karakteristik senyawa alam laut dan aplikasinya dan prinsip umum tatacara ekstraksi dan isolasi senyawa alam laut, serta strategi produksi bahan alam laut di masa datang. Mata kuliah ini didesain sebagai Team-based Project. 

FALSAFAH SAINS HALAL

Mata kuliah ini mendalami prinsip kehalalan produk makanan, kosmetika, dan obat, cara memproduksi pangan dan obat yang halal yang mengacu halal by design, pengantar aspek halal bahan eksipien farmasi, aspek halal produk biopharmaceuticals dan GMO-derived ingrediets, proses sertifikasi yang berlaku di Indonesia dan studi banding dengan proses sertifikasi halal di luar negeri (misalnya di negara Malaysia), serta autentikasi kehalalan produk dengan berbagai metode (fisik, kimia dan molekular). Kuliah ini terbuka bagi semua mahasiswa di seluruh Indonesia dengan syarat minimal sudah menempuh 6 semester.


Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)

Mata kuliah PPRA merupakan mata kuliah penerapan pengetahuan mikrobiologi, farmakokinetik dan farmakodinamik pada manusia dan hewan dalam rangka mengoptimalkan terapi infeksi menggunakan antibiotik yang rasional. Mata kuliah PPRA merupakan mata kuliah multidisiplin antara Fakultas Farmasi, Fakultas Kedukteran, dan Fakultas Kedokteran Hewan. Pengampu mata kuliah adalah apt. Ika Puspitasari, M.Si., Ph.D. dan apt. Nunung Yuniarti, M.Si., Ph.D. (Fakultas Farmasi), Prof. dr. Titik Nuryastuti, Sp.MK., Ph.D. dan dr. Rizka Humardewayanti Asdie, Sp.PD., KPTI. (Fakultas Kedokteran), dan Dr. drh. Agustina Dwi Wijayanti, M.P. (Fakultas Kedokteran Hewan).

Mata kuliah ini perlu diselenggarakan mengingat angka kejadian resistensi antimikroba meningkat terus yang berakibat pada kegagalan terapi infeksi yang dapat mengancam jiwa.